CONTOH MEMPERSATUAKN

 CONTOH DARI NABI

Ada pelajaran sangat berharga bgmn menyatukan umat dari Rasulullah saw ketika meletakkan batu hazar aswad dikabah.dmn...kabilah2, ibarat banyaknya Partai Islam yg ada, dmn kesepakatannya siapa yg paling awallah adalah yg berhak meletakan batu hitam tsb. Indah sekali.ternyata...Figur sosok kepemimpinan Rasulullah saw..berhasil menjadi teladan media, jembatan persatuan dalam keberagaman kepemimpinan umat.

Pelajaran dan pesan apa yg bisa kita petik... tokoh teladan...pemersatu roh spiritual ini yg sepertinya..skrang harus kita lahirkan dan dalami, dg berdoa kepada Allah Swt, agar ditunjukkan  wujud dan eksistensi spiritualnya dan diterjemahkan sbg unsur riil fundamental kekuatan rohaniyyah pemersatu berbagai partai Islam yg ada...

Ternyata Rasulullah yg duluan datang...dan track records yg paling dipercaya, amanah dan sidiq. Tapi selanjutnya, Rasulullah saw menghargai dan menghormati semua kekuatan n eksistensi kabilah dg memegang ujung bagian ikat kepala Rasul, dan Rasul meletakkan batu hitam ditengahnya...diangkat bersama2, bersatu dlm kebersamaan dan keberagaman, diangkat, dan diletakkan pd tempatnya.

Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai seorang yang mempunyai akhlak mulia (akhlakul karimah). Kemuliaan akhlak Muhammad SAW diakui oleh masyarakat Mekkah dengan menggelari beliau sebagai Al-Amin (The most trusted person, orang yang paling terpercaya). Bukan dari kalangan manusia, Allah pun memuji keluhuran akhlah beliau sebagaimana dalam firman Nya sebagai berikut :

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Artinya : “Sungguh, engkau mempunyai aklaq yang agung” ( QS. Al-Qalam, 68:4 ).

 Bukti pen-takhrifan, pengakuan masyarakat pada kejujuran akan gelar kepemimpinan “Al-Amin” diatas dapat terlihat pada kisah sejarah dibawah ini :

“Suatu hari ditahun 606 M. Ka’bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim as. – dikota Makkah, sudah mulai reyot. Keadaan semakin parah, ketika banjir bandang melindasnya. Masyarkatpun berkumpul, bergoton royong untuk memperbaikinya. Awalnya, rukun-rukun saja.

 Tapi ketika renovasi menjelang rampung, muncul masalah, Hajar Aswad jadi rebutan. Siapakah yang mendapat kehormatan untk meletakkan kembali Hajar Aswad ?

Semua kepada sukupun ingin  sekali medapat kehormatan itu. “Kamilah yang berhak meletakkannya” kata salah seorang kepala suku.”Tidak, kamilah yang berhak, kata kepala suku yang lain. Perdebatan dan percekcokan tak sebatas perang mult saja. Mereka nyaris ada otot, berantem. Bila tidak ada yang melerai, bisa jadi adu anggar dan nyawa sebagai taruhannya. Untunglah, ada seorang yang bijaksana tampil kemuka. 

Orang tersebut punya pendapat jitu, “Siapa yang lebih dulu datang, dialah yang berhak meletakkan batu hitam ini”. Semua orang yang hadir, juga yang sedang bersitegang itu, setuju. Nampaknya kemujuran diraih oleh seorang lekaki muda, tanpan, berkulit bersih, dan berusia 35 tahun. Ia dikenal sebagai pemuda yang jujur, bermoral tiunggi. Kemujuran yang diraih oleh orang muda itu, sangatlah dimaklumi oleh semua warga. Tapi lelaki muda tersebut tak henDedak sendirian. Ia memperhatikan suara “arus bawah”, suara orang banyak.

Dengan senyum dikulum, dan sorot mata yang selalu menyinarkan kasi sayang, lelaki muda itupun melepaskan sorbannya, digelarkannya ditanah. Si Hajar Aswad itupun diletakkan diatas sorban. Lalu, semua semua kepala suku diminta berkumpul. “Sekarang, mari kita angkat sorban ini bersama-sama”, kata lekaki berwajah cerah itu. Semuanya pun bersetuju, tanpa terkecuali.Ketiba tiba saatnya batu Hajar Aswad akan diletakkan pada tempatnya, lelaki muda itulah yang mengambil dan meletakkannya. Bar.....semua bernafas lega.

Mereka puas, tanpa meninggalkan goresan kebencian. Dan, lekaki muda tanpan dan murah senyum itu tidak lain adalah Nabi Muhammad SAW”(Abdul Badi’ Shaqar, 1994, Dalam Buku “Kepemimpinan Islam, Serpihan Dokumen Tokoh-Tokoh Salaf”).

 Rasulullah SAW memang role model ustwatun khasanah, termasuk dalam kepemimpinan sebagaimana Allah SWT pun mengokohkannya dalam firman-Nya dibawah ini :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia    banyak menyebut Allah  ( QS. Al-Azhab, 33:21 ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar