KESEHATAN

AHOK ADA YANG MELINDUNGI, TERNYATA TERBUKTI ?

AHOK ADA YANG MELINDUNGI, TERNYATA TERBUKTI ?


Oleh: Tobroni Ahlusunah

Senin, 24/10/2016 pagi tiba-tiba Ahok datang ke Istana sebelum mendatangi Bareskrim Polri untuk klarifikasi bukan pemeriksaan dihadapan penyidik apalagi buat BAP atas tindak pidana Penistaan Agama. Malah menjadi panggung pembelaan dan politik Ahok seolah sudah selesai masalahnya dengan pernyataan minta maaf.

Tindakan Ahok patut diduga sebagai upaya politik "kekuasaan" untuk  menekan Polri agar tidak memproses kasus hukumnya.

Maka hasilnya terlihat bagaimana sikap Kapolri meski mengajak masyarakat mengawal kasus penistaan agama yang dituduhkan kepada Ahok. Namun, Kapolri minta masyarakat tidak perlu melakukan dengan pengerahan massa.

Karena ada dugaan Polri dan Presiden melindungi Ahok, maka Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI menyeru kepada Umat Islam untuk JIHAD KONSTITUSIONAL bela agama & Negara RI dalam Aksi Bela Islam II "Ayo Penjarakan Ahok" karena: Menista Agama, Menodai Al Quran, Melecehkan Ulama dan Menghina Umat Islam pada Jum'at, 4 Nopember 2016, usai sholat jumat lalu long march dari Masjid Istiqlal menuju Istana Presiden RI. Dengan agenda
"MENDESAK PRESIDEN RI UNTUK PERINTAHKAN POLRI TANGKAP DAN ADILI BASUKI TJAHJA PURNAMA PENISTA AGAMA".

Dengan membaca statement Polri tersebut di atas, maka kita pesimis Polri  TETAPKAN Ahok sebagai tersangka, sebab:

(1) Ada dugaan kuat dibackingi oleh dominasi pemodal yang membayang-bayangi politik "PAKET DWI TUNGGAL JOKOWI AHOK " sejak pilkada 2012 dan Pilpres 2014. Serta rencana besar suksesi 2 priode Jokowi dan Mr. X pada Pilpres 2019 nanti.

Siapa Mr. X itu? Boleh jadi Ahok jika menang Pilkada 2017 nanti. Wagub Djarot Saeful Hidayat nanti naik DKI 1.

(2) Adanya politik pengalihan isu. Misalnya Istana ber"usaha" sekuat tenaga mengalihkan isu dengan sidak ke Kemenhub saat dimana umat Islam dan MUI sedang menggugat terjadi peristiwa bersejarah Ahok dinyatakan bersalah oleh MUI dan demonstrasi besar Umat Islam.

(3) Dugaan adanya intervensi Istana untuk "selamatkan" AHOK terlihat tidak ada komentar apa pun dari Istana. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Meski puluhan ribu Umat Islam melakukan demonstrasi besar-besaran.

(4) Diduga ada politik "Saling Kunci" antara Ahok dengan Istana. Sebab keduanya pernah bersama-sama dalam kontestasi pilgub 2012. Diperkuat statement Ahok sendiri bahwa biaya pilpres adalah bantuan pengembang (pemodal). Itulah kenapa istana diam saja melihat perilaku politik Ahok.

(5) Ahok juga mendapat dukungan politik yang sangat kuat dari Ketua Umum PDIP Megawati. Terlihat bagaimana Ahok bagai seorang "Putera Mahkota" negeri INI bagi Megawati. Seperti saat pendaftaran di KPU bagaimana Megawati pakaikan jas kebesaran partai kepada Ahok.

Padahal Ahok sebelumnya sesumbar akan maju jalur independent tapi tetap saja diusung PDIP, Nasdem, Hanura, Golkar dan PPP Djan Farid.

(6) Yang menarik dukungan Ormas Islam tertentu yang dikenal dengan jargon rohmatan lil alamiin. Baik individu pimpinanya mau pun elit sayap organisasinya nyata-nyata membela AHOK dalam kasus penistaan agama ini. Bahkan tokoh ormas ini melarang ikut demonstrasi ini. Meski fakta di lapangan ternyata bendera ormas tersebut banyak yang ikut mendukung demonstrasi dan fatwa MUI itu.

Melihat fenomena tersebut di atas, membuat Umat Islam pesimis Ahok menjadi TERSANGKA kasus Penistaan Agama. Bahkan kini  melenggang bebas dan mengikuti pengumuman dan pengambilan nomor urut peserta Pilkada Jakarta 2017.

KESIMPULAN

Pertama, bahwa ternyata hukum di negeri ini dapat dikalahkan oleh kepentingan politik. Terbukti agenda pilkada dapat mengalahkan proses hukum pidana Penistaan Agama.

Kedua, bahwa demokrasi yang sesungguhnya menjunjung tinggi suara rakyat, tapi ternyata suara elit partai dan kepentingan pihak tertentu lebih didahulukan. Terbukti meski semua elemen rakyat bahkan kader partai sudah sampaikan aspirasinya. Dapat di-VETO oleh elit dan Ketua Umum partai.

Ketiga, bahwa norma demokrasi suara mayoritas sebagai pemenang. Tidak berlaku, terbukti Jakarta mayoritas Muslim tapi direkayasa dengan survey bayaran, rekayasa opini public, dan penguasaan media yang menentukan nasib warga Jakarta.

Melihat situasi INI, Umat Islam yang MISKIN MEDIA DAN MODAL solusinya adalah:

(1) Manfaatkan Media Sosial untuk melawan media mainstream yang sudah menjadi ANTEK MEREKA. Serta suarakan kebenaran dan her it a sesuai fakta.

(2) Jika diminta turut ambil bagian turun ke jalan untuk suarakan kebenaran dan melawan kezoliman yang mengancam NKRI. Maka rakyat dan  Umat Islam pantang mundur dari panggilan JIHAD demi melawan musuh-musuh Negara RI dan Agama Islam.

Jakarta, 25/10/2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar